Laman

Sabtu, 19 Mei 2012



PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI DI PROVINSI JAWA BARAT

Pendahuluan

          Indonesia adalah negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya bercocok tanam. Hal ini juga di dukung dengan struktur dan iklim Indonesia yang sangat cocok untuk bertani. Indonesia pernah menjadi negara penghasil beras tertinggi di Indonesia pada tahun 2009(vivanews.com). Tentu saja hal ini sebaiknya terus di pertahankan agar kita tidak usah lagi mengimpor beras dari luar negeri.


          Ternyata di balik kesuksesan itu, ada 1 propinsi dengan produktivitas padi tertinggi di Indonesia, yaitu propinsi jawa barat. Berdasarkan data dari bps.go.id,  propinsi jawa barat adalah penghasil padi tertinggi di Indonesia. Hal ini di dukung dengan ketersediaan lahan pertanian yang luas dan iklim yang sangat cocok untuk menanam padi.

Landasan Teori

          Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam, meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

          Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.

Pembahasan

          Jawa Barat, dikenal sebagai salah satu 'lumbung padi' nasional. Hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk produksi beras. Tidak dipungkiri lagi, Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia. Hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia. Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu juga terdapat komoditi seperti teh, kelapa, minyak sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.


          Berdasarkan data yang dirilis Kementan, pencapaian produksi padi tahun 2010 Propinsi Jawa Barat menempati  posisi pertama dengan jumlah produksi padi 11,65 juta ton, naik 2,89% dibanding  tahun 2009 yang mencapai  11,32 juta ton.  Dengan luas areal panen kurang lebih seluas 2 juta hektar. Pencapaian produksi padi Propinsi Jawa Barat hanya mampu di dekati oleh Jawa Timur yakni sebanyak  11,37 juta ton.  


          Namun pencapaian produksi yang tinggi belum sepenuhnya menjamin mengatasi permasalahan kesediaan pangan khususnya beras bagi warga Jawa Barat. Berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Propinsi Jawa Barat, bahwa ternyata masih terdapat beberapa daerah kab/kota yang masih berstatus rawan pangan bahkan sangat rawan.


Tabel.Luas panen, produksi dan produktivitas padi Jawa Barat 5 tahun terakhir
Tahun
Luas Panen (ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ku/ha)
2006
1,798,260
9,418,572
52.38
2007
1,829,085
9,914,019
54.20
2008
1,803,628
10,111,069
56.06
2009
1,950,203
11,322,681
58.06
2010
2,008,573
11,650,160
58.00

          Meskipun secara umum wilayah Jawa Barat tergolong dalam katagori tahan dan sangat tahan (katagori 5 dan 6). Tetapi dibeberapa daerah kabupaten masih menyisakan lokasi-lokasi yang tergolong cukup rawan (katagori 4), dan agak rawan (katagori 3). Bahkan ada 5 lokasi kabupaten yang yang memiliki kantong-kantong daerah yang berada  pada status rawan (katagori 2) dan sangat rawan.


          Berdasarkan peta kerawanan pangan yang dikeluarkan BKPD Prop. Jawa Barat tahun 2010, dari 25 kab/kota , ternyata  5 kabupaten masih menyisakan daerah-daerah (kecamatan) yang tergolong rawan dan sangat rawan. Kelima kabupaten tersebut diantaranya ; kab.Sukabumi, Kab.Cianjur, Kab. Bandung,Kab.Kuningan dan Kab.Cirebon (lihat peta).  Padahal kalau dilihat dari potensi SDA khususnya lahan pertanian sawah, kelima daerah kabupaten tersebut adalah daerah yang mempunyai tradisi sebagai daerah lumbung padi  Jawa Barat. Terutama sekali Kab.Cianjur dan Cirebon, yang merupakan dua kabupaten yang mempunyai budaya pertanian padi yang baik.


Semakin menyusutnya lahan pertanian di Cianjur(Metrotvnews.com)


       Lahan pertanian di Cianjur, Jawa Barat, semakin menyusut. Kini tinggal 350.148 hektare akibat tingginya alih fungsi lahan untuk kepentingan non-pertanian. Kabag Pertanian, Kehutanan, Perikanan, dan Peternakan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Cianjur R. Adam mengatakan lahan pertanian dari tahun ke tahun semakin berkurang karena alih fungsi lahan seiring berkembangnya kawasan permukiman penduduk.

          Hingga saat ini, alih fungsi lahan di seluruh wilayah Cianjur, mengancam tingkat produksi padi. "Cianjur ada di urutan ke enam penghasil padi terbesar di Jabar. Namun dengan kondisi ini kami khawatir akan terus merosot tajam," ucapnya. Ketua DPRD Cianjur Gatot Subroto menilai, Pemkab Cianjur harus segera mencetak lahan sawah baru karena banyak lahan pertanian berubah menjadi perumahan, bahkan pabrik atau kawasan industri.

Kesimpulan

          Melihat dari stabilnya produksi beras di Provinsi Jawa Barat, ada baiknya jika pemerintah lebih memperhatikan lagi, dengan membantu membuka lahan baru untuk memperluas lahan pertanian di propinsi jawa barat. Agar produktivitasnya makin meningkat dan dapat membuat Indonesia berhenti mengimpor beras dari luar negeri.


          Dan ada baiknya juga jika para generasi muda mau ikut menjadi penerus penggerak pertanian di Indonesia, karena yang terlihat kini jarang sekali ada anak muda yang mau menjadi seorang petani. Jika ini terus menerus terjadi, akan dapat di pastikan produksi pertanian di Indonesia akan memburuk, karena percuma saja jika lahan pertanian sudah meluas, namun jumlah SDM(petani)nya tidak seimbang.



Daftar Pustaka
www.vivanews.com
www.id.wikipedia.org
www.bps.go.id

deptan.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar